AWAL
Inget, pertama kali
diperkenalkan donor darah waktu masih dikelas akhir pas SMA, kebetulan di aula
tugu ada suatu event yang ada acara
donor darahnya oleh PMI Kota. Iseng-iseng ikutan teman buat nge-donor, lah
ternyata lolos juga. Reaksi awal donor darah biasa aja sih, karena aslinya ga
takut jarum juga, cuma agak takjub aja. Pasca ngedonor, keluar aula tugu jalan
sempoyongan eh mendadak gelap dong. baru tahu ternyata mau pingsan (baru tahu
sekarang hal itu disebabkan karena reaksi perubahan siklus peredaran darah yang
menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen di otak makanya auto pingsan). Diseret
teman-teman sampai ke depan kantor TU sebelahnya aula tugu, langsung sadar
cepat kok abis itu. Iya, dulu post donor darah emang langsung jalan keluar
ruangan, gapake rebahan dulu atau duduk sejenak makanya kekgitu, langsung syok.
Beberapa tahun vakum
dan mulai ngdonor lagi pas tingkat akhir kuliah gegara nemenin teman pas pulang
kuliah mampir ke kantor PMI Kota, karena temanku itu anak KSR (Korps Sukarela)
dibawah naungan PMI jadi dia kadang ada jadwal jaga dikantor PMI gitu dan
dasarnya emang dia rajin donor darah juga sih. Semenjak itu, mulai aktif
ngdonor lagi, walau dalam setahun bisa dihitung jari, karena banyak ditolaknya
daripada lolosnya ha-ha. Pas itu juga, mulai dikasih kartu anggota donor darah
sama petugas PMInya, dan ternyata riwayat donor darah kita tercatat di PMI
sejak awal donor walau ditempat berbeda, wih.
Lanjut pas magang di
daerah kabupaten gitu punya teman magang kerja yang rajin ngdonor, jadi kek termotivasi
buat ikutan rajin donor darah juga. Kalau pas kita libur pulang ke rumah, gantian
buat ke PMI kota kalau udah jadwalnya donor, dan saling pamer isi kartu donor
darah, ngakak.
Eh sekarang kerjanya
pas rumah sakit di kota yang jaraknya dekat sama kantor PMI malah jarang dan terkesan vakum lagi dong. Disamping
jadwal kami shift-shiftan yang membuat istirahat jarang yang tercukupi, kadang
juga kejar-kejaran sama jadwal period, kadang udah sakit duluan yang bikin
badan tidak fit, dan paling susah, kalau abis vaksinasi ditolak duluan pas screening serta disarankan ditunda 6
bulan lagi baru kembali.
SYARAT
- Berusia minimal 17 tahun
- Memiliki berat badan minimal 45 kg
(aturan terbaru sekarang malah 50 kg)
- Istirahat dan tidur cukup (biasanya
ditanyain malam sebelumnya tidur jam berapa? Saran, kalau bisa sih tidak lebih
dari jam 9 malam)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal antara lain tekanan darah sistole di bawah 180 dan diastole di bawah 100, temperatur tubuh normal, antara 36,6 - 37,5 derajat celsius, dan denyut nadi teratur kisaran 70-90 x/menit
- Kadar hemoglobin (Hb) sekitar 12,5-17
g/dL, dan tidak lebih dari 20 g/dL
- Perempuan menstruasi diperbolehkan
asalkan tidak sedang dalam keadaan sakit atau kadar hemoglobin memenuhi syarat
(pengalaman sih, jarang pas haid lolos buat donor, jadi mending ditunda dulu
aja, datang lagi satu minggu pasca ‘bersih’ dari period ya)
- Tubuh sehat artinya tidak sedang
menderita penyakit tertentu, tidak sedang mengonsumsi obat-obat tertentu, bebas
alkohol & narkoba, dan beberapa persyaratan lainnya
- Dan beberapa persyaratan lainnya sesuai
ketentuan.
WAKTU
Waktu ideal untuk donor
darah biasanya 3 bulan sekali, karena Tiga bulan adalah waktu yang cukup untuk
seorang pendonor memproduksi sel-sel darah merah yang baru. Ahli lain menyarankan untuk pria boleh mendonorkan darahnya setiap 12 minggu (tiga bulan) dan wanita dapat memberikan darahnya setiap 16 minggu (empat bulan) — maksimal 5 kali dalam 2 tahun.
PROSEDUR
- Mengisi formulir screening di front office, setelah di data dan memenuhi syarat
biasanya nunggu panggilan selanjutnya (terharu kalau pas ramai-ramai ketemu
orang banyak sampai antri-antri, orang-orang yang datang dengan kesadaran
sendiri buat ngedonorin darahnya, Masyaallah)
- Selanjutnya di cek tanda-tanda vital
dalam batas normal atau tidak, pernah dong ngotot-ngototan sama mas petugas
PMInya, awalnya ditensi make tensi digital yang keknya tensi masih dalam batas
normal tapi mepet, sama mas petugas PMInya diulang kurang lebih ada 2-3x an
gitu, sejujurnya aku tak sabaran pas itu dan mau protes, akhirnya sama mas
petugasnya diulang kesekian kalinya make tensi manual yang manometernya
diarahin kedepan biar aku juga ngeliat, keknya mas petugasnya sengaja hmm, ternyata
sistol jatuh diangka 110 mmhg dan diastole di 70 mmhg pas dimanometernya, mas
petugasnya tanpa ngomong apa-apa cuma ngasih isyarat aja gitu, keknya faham
kalau aku faham dari tensi aja tidak memenuhi syarat, baiklah datang dilain
hari.
- Kalau dari pengukuran tanda-tanda vital
aman, lanjut pengecekan kadar hemoglobin, biasanya normalnya pasti diatas 12,5 g/dL,
kalau dari Hb oke, lanjut ke proses tranfusi.
- Proses tranfusi biasanya yang diambil satu kantung kurang lebih 350 - 500 cc atau kurang lebih sekitar 11% dari total volume darah. Sepengalaman gitu, biasanya setelah ditusuk jarum penghubung tranfusi sekalian sama pengambilan kek sampel juga satu tabung (entah untuk sampel atau pengecekan darah selanjutnya) selama proses tranfusi sejujurnya agak kaku dan lebih terasa ketika darah perlahan 'kesedot' otomatis ke kantong darah, biasanya petugas ngasih kita pegangan kek squishy bentuk blood buat dipegang - pegang biar tangan tidak kesemutan.
- Selesai tranfusi, kita diarahkan ke ruangan yang ada souvenir makanan dalam totebag tulisan PMI gitu, isinya susu beruang, roti, dan tablet tambah darah 1x1/hari (sejujurnya tablet tambah darah jarang tak minum karena tahu efek sampingnya bikin mual dan bikin kebegelen lol) (jadi buat pengembalian sel darah merah tak siasati makan sebanyak-banyaknya ha-ha)
INFO
TAMBAHAN
Sekedar info, siapapun
yang ada rencana tindakan tranfusi darah, dan enggan menggunakan darah orang
lain yang disediakan, serta lebih memilih donor darah dari anggota keluarga
yang memiliki golongan darah yang sama dengan pasien, bisa kok. Caranya,
koordinasikan dengan pihak rumah sakit serta dokter yang merawat bila
menginginkan tranfusi menggunakan darah dari keluarga sendiri. Bawa sampel
darah pasien yang akan ditranfusikan serta form pengantarnya untuk mengetahui
berapa kebutuhan kolf darah dan calon
pendonor langsung datang ke PMI untuk dilakukan screening. Kalau memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos (keadaan
seperti ini butuh kesabaran lebih karena terkadang tes satu kali belum tentu
lolos dan harus bolak-balik ke PMI), biasanya darah yang sudah didonorkan oleh
pihak keluarga akan diproses terlebih dahulu sama pihak PMI baru bisa digunakan.
Biaya kurang lebih sama seperti permintaan darah pada umumnya
Kenapa? Semua darah
sebenarnya aman, karena pasti melewati proses screening dan penyimpanan sesuai standar prosedur dari PMI, tapi
sepengalaman, ada beberapa orang kekeuh
maunya menggunakan darah dari sanak saudaranya, tergantung pilihan sih ya
silahkan.
PERTANYAAN
Pertanyaan paling umum
yang paling sering, yaitu “donor darah saja gratis, tapi kenapa ketika kita
butuh darah harus membayar?” hal yang perlu diketahui kalau proses pengambilan
darah dari pendonor tidak bisa langsung diberikan ke penerima. Ada tahapan yang
harus dilakukan terhadap darah tersebut, mulai dari pengecekan laboratorium
terhadap kualitas darah tersebut, kantong darah yang masih impor, dan proses
penyimpanan darah, hal itu guna agar produk darah yang dihasilkan bermutu dan
aman. Jadi biaya yang dikeluarkan itu untuk Biaya Pengganti Proses Pengolahan Darah (BPPPD) bukan harga dari darahnya itu sendiri, demikian.
~ 0 komentar: ~
~ Posting Komentar ~