Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing
manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi
normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir
ini menunjukkan kenaikan. Kini diabetes melitus bisa menyerang
semua umur, selain menyerang orang tua, penyakit ini bisa menyerang usia muda
terutama dewasa muda yang berkisar antara umur 20 – 30 tahun dimana usia
tersebut usia produktif dan tidak rentan untuk penyakit kronis seperti diabetes
melitus. Perubahan gaya hidup seperti pola makan dan berkurangnya aktivitas
fisik dianggap sebagai pemicu diabetes melitus.
Jika kadar glukosa darah dapat selalu
dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat
dicegah atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik, lingkungan, dan cara
hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes (Soegondo, et al, 2005).
Terdapat tiga cara dalam mencegah penyakit diabetes melitus, yaitu :
Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Pencegahan primer adalah suatu upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok beresiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita diabetes melitus, tetapi berpotensi untuk menderita diabetes melitus seperti faktor keturunan, kegemukan, dan usia. Pencegahan ini merupakan suatu cara yang sangat sulit karena yang menjadi sasarannya adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat sehingga cakupannya menjadi sangat luas. Pencegahan primer bertujuan untuk menghindari seseorang agar tidak terjangkit diabetes tipe 2 (tipe 1 merupakan masalah internal tubuh yang tidak diakibatkan oleh gangguan eksternal). Untuk pencegahan secara primer, sangat perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap terjadinya diabetes melitus, serta upaya yang dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Edukasi berperan penting dalam pencegahan secara primer.
Untuk mencegah agar diabetes tidak mengganggu,
ada beberapa tindakan yang bisa dan perlu dilakukan yaitu mempertahankan pola
makan sehari-hari secara sehat dan seimbang yang meliputi meningkatkan konsumsi
sayur dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana, mempertahankan
berat badan normal sesuai dengan usia dan tinggi badan, melakukan kegiatan
jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan, dan menghindari
obat-obatan yang bersifat diabetogenik.
Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder (secondary prevention) adalah upaya pencegahan atau menghambat timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Bagi yang berisiko terkena penyakit diabetes, perlu diteliti lebih lanjut untuk memperkuat diagnose. Menurut WHO (1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan tersebut memerlukan biaya yang sangat besar (PERKENI, 2002).
Hal
ini dikarenakan tes penyaring memerlukan biaya yang mahal. Pemeriksaan
penyaring ditujukan untuk mengidentifikasi kelompok yang tidak menunjukkan
gejala diabetes mellitus tetapi memiliki resiko diabetes mellitus. Pemeriksaan
penyaring dilakukan dengan memeriksa kadar gula darah sewaktu (GDS) atau gula
darah puasa (GDP), yang selanjutnya dapat dilanjutkan dengan tes toleransi
glukosa oral (TTGO) standar. Dari pemeriksaan GDS, disebut diabetes mellitus
apabila didapatkan kadar GDS ≥ 200 mg/dl dari sampel plasma vena ataupun darah
kapiler. Sedangkan pada pemeriksaan GDP, dikatakan sebagai diabetes mellitus
apabila didapatkan kadar GDP ≥ 126 mg/dl dari sampel plasma vena atau ≥ 110
mg/dl dari sampel darah kapiler.
Dalam
upaya pencegahan sekunder, program penyuluhan memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam
menuju perilaku sehat. Untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien
baru. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang
pada setiap kesempatan pertemuan berikutnya.
Tujuan
dari usaha pencegahan sekunder meliputi 2 hal, yaitu pencegahan jangka pendek dengan
berusaha menghilangkan keluhan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
diabetes, seperti selalu lapar, haus, dan lesu. Sedangkan pencegahan jangka
panjang dilakukan untuk tidak menimbulkan komplikasi. Pengobatan penyakit sejak
awal harus segera dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyakit
menahun. Edukasi mengenai diabetes melitus dan pengelolaannya, akan
mempengaruhi peningkatan kepatuhan pasien untuk berobat.
Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention)
Pencegahan
tersier (tertiary prevention) berarti
usaha ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat kalau penyakit ini sudah
terjadi. Pencegahan penyakit diabetes
secara tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi
penyakit yang sudah terjadi, diantaranya mencegah timbulnya komplikasi, mencegah
berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan organ, dan juga mencegah
terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau jaringan.
Kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit diabetes adalah stroke (gangguan pada pembuluh darah otak), kebutaan (gangguan pada pembuluh darah mata), gagal ginjal kronik yang membutuhkan tindakan cuci darah (gangguan pada pembuluh darah ginjal), dan amputasi tungkai bawah (gangguan pada pembuluh tungkai bawah). Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit diabetes adalah stroke (gangguan pada pembuluh darah otak), kebutaan (gangguan pada pembuluh darah mata), gagal ginjal kronik yang membutuhkan tindakan cuci darah (gangguan pada pembuluh darah ginjal), dan amputasi tungkai bawah (gangguan pada pembuluh tungkai bawah). Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Sumber :
Martinus, Adrian (Eds). 2005. Seribu Satu
Tentang Diabetes. Bandung : Nexx Media.
Muslim, Muhammad Wildan. 2008.
Tindakan Preventif Pada Penyakit Tidak Menular (Diabetes mellitus) dan Pada
Penyakit Menular (DBD) (online), (http://wahedlabstechnologies.blogspot.com/2008/10/pencegahan-penyakit-dbd-dan-kencing.html),
diakses tanggal 6 April 2014
~ 0 komentar: ~
~ Posting Komentar ~